Jika memang menulis adalah
untuk keabadian, maka biarkanlah aku menuliskan kisah ini untukmu. Kisah tentang
aku dan keluarga baruku yang menjelajah dan mengabdikan diri di bumi timur
Indonesia yang keelokannya tak terkira.
Keluarga baruku, FKG UI,
mengadakan kerja Sosial (Kersos) yang merupakan implementasi dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat, pendidikan, dan penelitian di
bawah naungan BEM FKG UI.
Kersos digelar setiap dua
tahun sekali dengan wilayah kerja di luar pulau Jawa. Tahun ini, baksi sosial
diadakan di empat desa dalam cakupan dua kabupaten NTT. Desa Nangalili dan
Kempo yang berada di kabupaten Manggarai Barat serta desa Nao dan desa Ketang
di Kabupaten Manggarai. “ Satu Semangat Sejuta Senyuman” merupakan tagline dari
Kersos tahun ini yang diadakan pada 21-28 Juli. Diikuti oleh 112 mahasiswa
preklinik dan klinik, 4 residen bedah mulut serta 25 dosen FKG UI. Kegiatan
yang dilaksanakan berupa pengobatan gigi dan mulut, penyuluhan gigi dan mulut,
penyuluhan kesehatan gigi dan kesehatan umum, sirkumsisi, seminar kedokteran
gigi, dan Instagram photo contest.
Terpilihnya NTT sebagai lokasi Kersos tahun
ini didasarkan pada kajian yang dilaksanakan FKG UI dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan setiap 5 – 6 tahun
sekali. Berdasarkan Riskesdas 2014, status kesehatan gigi dan mulut provinsi
NTT memiliki indeks DMF-T sebesar 3,2. Hal ini menandakan bahwa rata-rata
kerusakan gigi pada masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah 3 buah gigi per orang
atau 32 gigi per 100 orang.
Tenaga kesehatan khususnya
dokter gigi yang tersedia untuk melayani kesehatan gigi dan mulut masyarakat
NTT jumlahnya masih sangat minim, yaitu 122 dokter gigi yang melayani 350
puskesmas di Nusa Tenggara Timur (122 dokter gigi untuk melayani jumlah
penduduk sebesar 5.203.514 jiwa). Hal tersebut menunjukan rasio dokter gigi
yang belum mencapai target yaitu 11 per 100.000 penduduk.
Yihiiiyyy udah cukupp yaa overview tentang Kersosnya, sekarang aku
akan bercerita tentang perjalanan kami selama 7 hari disana.
Minggu, 22
Juli 2018
Kami berkumpul di bandara
Soetta jam 06.00 dengan flight jam 10
pagi. Awalnya kaget bener, ngapain dah kan lama amat di bandara 4 jam. Nggak
taunya bookkk.. dipikir-pikir bener juga. Wong rombongannya aja segambreng banyaknya,
sampe satu pesawat diisi rombongan kami, wajar lah ya preparationnya lama. Terus
kan juga kopernya banyak gitu, belum lagi alat-alat medis, obat, bingkisan, dll
yang harus diangkut juga. Nggak kebayang deh capeknya kakak-kakak perlap.
Semangat ya kak hihi. Apalagi kak Clar, semangat kak wakwak.
Foto bersama keluarga Kersos 2018
Penerbangan ke Labuan bajo
sekitar 2,5 jam lah ya kurang lebih. Dan alhamdulillahnya aku dapet seat yg
deket sama jendela jadi pas udah mau mendarat langsung keliatan gitu
pemandangan pulau-pulau sekitar Labuan bajo. Terus pas tau seat aku deket jendela
Diven iri bingits!! Hahahahaha. Ternyata bener, masya Allah bagus bangeeett!!.
Gaboong keren deeh. Udah gunung-gunungnya warna kuning kecoklatan gitu kaya
savanna, terus lautnya yang biru, dan kapal-kapal yang lagi berlayar. Haduh bagus
banget deh!.
Udah tiba di bandara Komodo
terus ya biasa lah ya kita foto-foto, nge-snapgram, ngabarin orang rumah dsb.
Setelah itu ambil barang terus langsung cus ke pendopo Tante Paula. Disini kami
ramah tamah, makan siang, dan istirahat sebentar sebelum berpisah menuju desa
masing-masing. Lucunya lagi di pendopo ini tuh aku ngeliat ada sapi dilepas
gitu di sebelah pendopo. Lucu banget. Maklum ya rada norak soalnya jarang
ngeliat yang begituan ehehehe
Janice di
depan pendopo Tante Paula
Get ready
for the long journey hmmmppp. Oiya, aku dapetnya itu Desa Nao.
Desa Nao terletak di kab. Santarmese Utara, Manggarai. Desa Nao itu desa yang
paling jauh dari Labuan Bajo. Sekitar 3,5 -4 jam. Desa paling dingin diantara
tiga desa yang lain. Jalannya katanya paling parah karena berkelok-kelok. Udah
dah, pas tau info itu aku langsung siap-siap antimo, tolak angin, minyak kayu
putih, dan segala jenis obat untuk mencegah mual. Bener aja, pas udah di
jalanin jalannya bener-bener berkelok-kelok. Bayangin aja misal lagi ada
belokan terus belum badan kamu balik ke posisi semula udah ada belokan lagi.
Dan jalan 3,5 – 4 jam itu dengan keadaan ngebut ya mobilnya.
Bisa dibayangkan sejauh apa
kan? Hahaha. Untung aku udah minum antimo dan tolak angin. Kata kak Azizah dan
kak Satrio (tim advance desa Nao) lebih baik di perjalanan itu tidur. Misal
nanti ditengah perjalanan kamu bangun mending paksa tidur lagi biar nggak
berasa mualnya. Ya jadinya kemarin aku begitu. Pas aku kebangun di tengah jalan
aku paksain lagi tidur. Nah ini ada cerita lucu, Janice, temen aku itu selama
diperjalanan bener-bener tidur nggak kebangun samsekk hahaha. Padahal tuh yaa…
ada saatnya mobilnya itu ngerem mendadak sampe aku aja yang kebangun mau jatoh
tapi Janice ini badan sama kepalanya aja yang kedepan tapi terus balik lagi
nempel sama kursi mobil hahaha. Kocak banget dah suer. Kagak berenti ketawa
awak tuh kalo inget ini.
Setelah menempuh perjalan 4
jam, akhirnya kami tiba di Desa Nao. Kami disambut dengan roti kompiang dan kopi
khas Manggarai. Roti Kompiang itu dikenal sebagai panganan daerah Manggarai
meskipun bukan makanan khas. Rotinya itu nggak ada rasanya jadi enak kalau
dimakan sambil minum kopi/teh. Selesai makan dan beramah tamah dengan warga dan
aparat setempat, kami ke rumah kami masing-masing.
Penyambutan
rombongan di depan Paroki
Aku dan ke 5 kakak cantik (kak
Intan, kak Dinda, kak Dara, kak Rara, dan kak Abel) mendapat kesempatan untuk
tinggal di rumah mama Moza. Kembali ke laptop, rumah pak Wahyu dan istri
ditinggali bersama dengan 2 anak mereka
yang lain yaitu Moza dan Grace. Kami beramah tamah sejenak sebelum akhirnya
beristirahat dan menyiapkan diri untuk besok pagi!.
Senin, 23
Juli 2018
Hari baru berarti semangat
baru. Nggak sabar banget buat bener-bener ketemu masyarakat dan mengabdi gituu
eheheww.
Sebelum bekerja sesuai dengan
tugasnya hari itu, setelah sarapan pagi kami briefing di depan paroki (oiya
penduduk Desa Nao itu mayoritas Katolik jadi kamipun kerja sosialnya memang di
halaman gereja). Tugasku hari pertama adalah melakukan penyuluhan dewasa
mengenai kesehatan gigi dan mulut (kesgimul) dan PHBS serta sebagai
sterilitator untuk pengobatan.
Penyuluhan dewasa dilakukan di
balai desa. Sepanjang perjalanan dari paroki ke kantor desa kami disuguhkan
dengan pemandangan gunung yang bagus banget. Terus aku mikir kok ini gunungnya
mirip kayak gunung di Sumba ya. Ternyata bener, abis itu bapak Kepala
Puskesmasnya bilang kalau daerah ini memang dekat dengan Sumba jadi pemandangan
gunung yang aku liat setiap pagi itu gunung Sumba yang bagus banget itu loh!. Soalnya
juga pas kak Abel liat gmap ternyata lokasinya itu di Waingapu, Sumba bukan di
Langke Majok bahkan.
Perjalanan
ke kantor desa
Sebelum penyuluhan dewasa
dimulai, aku bersama kak Ninda dan kak Gladays mengobrol dengan bapak kepala
puskesmas dan tenaga kesehatan Desa Nao. Sambil mempersiapkan alat-alat untuk
penyuluhan, aku mengobrol sekilas mengenai keadaan tenaga kesehatan di Desa Nao
dengan bapak kepala desa dan bapak kepala puskesmas. Saat itu, ada momen
singkat yang membuat aku terharu dan juga bingung.
Disela-sela obrolan, bapak
kepala desa mengatakan,“ Ibu…nanti kalau sudah lulus ambil PTT disini ya. Ambil Desa Nao ya. Senang nanti kami kalau ibu disini. PTT disini ya ibu” bapak
kepala puskesmas ikut menimpali “Kami disini sulit ibu ada dokter. Setelah
lulus, benar bu, disini saja ibu PTTnya”. Jujur aja aku seneng banget tapi juga
bingung mau jawab apa. Soalnya bapak-bapak baik ini- oiya serius mereka sangat
koorperatif dan baik sekali- bicara sambil natap mata akunya kayak bener-bener
berharap gitu dan tulus. Yaudah karena bingung aku cuma jawab, “wah pak saya
baru masuk haha. Doakan saja yang terbaik ya pak”.
Penyuluhan dewasa seru lah.
Masyarakat disana juga aktif banget dan nanyanya sesuatu yang nggak biasa aku
temui tapi bener-bener masalah yang mereka hadapi.. Oiya kami ber-3 juga
didampingi Prof Arma. Disini aku juga menyadari bahwa ketika kita melakukan
penyuluhan atau perubahan kepada suatu masyrakat maka terlebih dahulu kita
harus memahami adat dan kebiasaan mereka. Jadinya jika ada kebiasaan mereka
yang kurang baik bisa kita beri tau alternatif yang lain dan juga kalo
kebiasannya udah baik ya tinggal dilajutkan serta diberi tau manfaatnya. Akan lebih
efektif memang jika kita memberikan rencana perwatan yang memang sesuai dengan
sumber daya yang ada di daerah tersebut.
Setelah pemberian bingkisan
akhirnya tibalah sesi foto bersama! Lucunya itu aku kan tadinya foto mau deket
sama Prof Arma gitu kan, maskudnya biar deketan gitu rombongan penyuluhnya. Eh
gataunya tiba-tiba ada ibu yang manggil, “sini kakak fotonya disini saja. Tidak
usa jauh- jauh. Sini di depan biar akrab”. Hahaha yaudah akhirnya aku foto di
depan sama ibu-ibu ehehe.
Hari
pertama sebagai penyuluh di kantor kepala Desa Nao
Penyuluhan dewasa selesai
dilakukan kemudian langsung menjadi sterilitator di bagian pengobatan.
Pukul 15.00 WITA akhirnya
selesai kerja kami pada hari itu. Setelah beberes sekitar 1 jam dilanjutkan
dengan evaluasi kinerja pada hari itu, kami bubar ke rumah masing-masing untuk
istihat dan sholat.
Janice
hari pertama selesai kerja
Nah, jadi memang di Kersos itu
sehabis kita kerja, ada sesi wisata budaya alias jalan-jalan hehe. Untuk hari
pertama sendiri, kami jalan-jalan di sekitar Desa Nao ajasi. Ternyata tapi di
dekat kantor Kepala Desa itu pemandangannya bagus pake banget deeeh! Nggak nyesel
kalau kalian foto disana. Selesai jalan-jalan di sekitar desa, kami pulang ke
rumah masing-masing untuk sholat magrib.
Setelah itu, kami kembali ke
paroki untuk makan malam dan sesi sharing dengan pemuda Desa Nao. Disini pertama
kalinya, ketika jalan dari paroki ke rumah mama Moza, kami ngeliat ke langit
terus bintangnya itu banyak banget dan bagusss banget deh. Karena pengaruh
polusi yang nggak banyak kali ya jadinya langitnya itu jernih banget. Sayangnya
nggak bisa ke-foto kalau pake kamera ponsel.
Selasa,
24 Juli 2018
Hari selanjutnya aku punya
tugas untuk sesi pagi aku dan kak Gladays sterilisasi alat-alat lalu sesi
siang aku jadi farmasis. Nah disini aku belajar lagi. Sebelumnya itu, di
Jakarta, orang-orang yang kebagian tugas menjadi farmasis dibriefing dulu
tentang jobdescnya dan cara membaca resep. Ini nih pertama kalinya praktek
langsung setelah sebelumnya belajar farmakologi penulisan resep. Hehe seneng.
Terus juga aku diingetin sama
kak Rara dan kak Abel ketika berbicara dengan orang tua suaranya itu harus
besar, pengucapan kata pelan-pelan, gunakan bahasa sesederhana yang mudah
dimengerti mungkin sekaligus pakai isyarat tangan, dan pastikan kalau pendengar
menangkap pesan kita dengan baik. Terutama untuk antibiotik yang harus
dihabiskan, penting banget pastiin mereka paham itu. Ini juga praktik dari
belajar komunikasi kesehatan waktu itu hehehe. Kok lebay banget sih ya
bawa-bawa pelajaran, ya gimana abis saat itu baru banget selesai matkulnya jadi
kayak ngeh banget jadinya hehe. Setelah kerja, kembali lagi ada evaluasi dan
istirahat sore sejenak.
Nah hari kedua ini yang paling
seru adalah jalan-jalannya haha. Hari kedua, setelah kerja kami wisata budaya
ke kampung Todo. Tadinya mau ke desa Wae Rebo tapi karena kalau kesana harus
menginap jadinya nggak jadi deh. Kampung Todo juga mirip sama desa Wae Rebo. Banget
malah. Nggak kalah deh pokoknya untuk jadi alternatif wisata.
Aku sekilas akan cerita
tentang Kampung Todo. Pertama, kalau kalian pingin ke Kampung Todo, aku saranin
nggak terlalu sore karena cuacanya akan cenderung berkabut. Untuk ke Kampung
Todo sendiri, dapat ditempuh dengan mobil ELF sekitar 4 jam perjalanan. Rumah adat
di Kampung Todo biasa disebut Niang Todo dengan ciri khas adanya gendang tabuh
yang berasal dari wanita yang dahulunya diperebutkan oleh beberapa laki-laki
dan akhirnya wanita tersebut dibunuh lalu kulit perutnya dibuat sebagai bahan
gendang tabuh.
Aku juga nyaranin kalau kalian
ingin beli kain Manggarai, kalian bisa coba ke kampung ini. Karena selain motif
kainnya bagus-bagus dan bisa ditawar hehe. Oiya, ternyata memang dalam budaya
Manggarai itu setiap orang punya kain masing-masing. Pantesan aja kalau
kemana-mana aku liat semua orang pakai kain yang biasa dijadikan untuk
penghalau dingin itu.
Mama Moza-squad Anak
Kampung Todo
Sama dokter
Natalina dan dokter Lisa kembaran aku(silahkan kalo mau muntah guys)
Rabu, 24
Juli 2018
Akhirnya tiba di hari terakhir
kami kerja. Hari terkahir ini aku kebagian kerja di registrasi dari pagi sampai
siang. Disini juga seru banget karena hari itu guru-guru SD, SMP, SMA serta
muridnya berboyong-boyong dateng untuk berobat. Jadinya rame bener lah hahaha. Disini juga ada cerita unik. Jadi
waktu hari masih pagi banget (sekitar jam 7 pagi padahal open regisnya jam 8)
udah ada beberapa orang yang datang untuk ambil nomer kan. Nah terus ada
sepasang suami istri paruh baya dateng. Si bapak ini langsung minta nomer 2,
untuk dia dan istrinya. Tapi istrinya kekeuh nggak mau, sebenernya aku nggak
ngerti sih ngomong apa tapi intinya si ibu ini nolak.
Nah terus abis itu karena ada
cekcok kecil gitu aku samperin. Nanya lah kenapa gitu. Terus si ibu bilang,”nggak.
Saya nggak mau. Saya takut nanti disuntik, dicabut giginya. Nggak saya nggak
mau”, terus suaminya nimpalin “e tak papa itu biar sakit kau diobati dengan
dokternya. Tidak sakit nanti dikasih obat dulu”. Kalau diliat si memang si ibu
pipi kirinya bengkak gitu jadi ya memang harus konsul ke dokter kan. Terus aku
yaudah bujuk si ibunya bilang gini, “tidak apa-apa mama tidak sakit. Nanti bapak
dokter beri mama obat dulu. Nanti kalau tidak diobati jadi lebih sakit. Tidak apa-apa
mama”, ya pokoknya ditenangin terus gitu lah karena kasian juga itu pipinya
udah bengkak.
Abis itu… tiba-tiba tangan ibu
itu pegang pipi aku terus diusap-usap gitu. Aku kaget kan, sebenernya karena
nggak ngerti gitu tapi ya karena fokusnya
nenangin si ibu biar mau berobat ya jadinya tetep bilang “tidak apa-apa mama”. Terus
abis itu ibunya tanya lagi,”tidak sakit e?” aku jawab,”tidak mama nanti pak
dokter berikan mama obat supaya tidak sakit lagi”. Terus setelah itu si ibu
langsung bilang mau. Seneng banget sih hehe tapi bingung juga. Akutu jadi kayak
ngerasa anget gitu hatinya kayak gimana ya… nggak bisa dideskripsiin sih tapi
ya seneng banget bangga deh pokoknya. Made my day dehhh kalo inget itu huhu. Semoga
sembuh ya mama.
Dan juga yang paling seru dari
hari itu adalah bisa bantu kerja pasieennnn!!!!!. Gilak ini seneng banget sih
hahaha. Kemarin tuh aku bantu PFS-in anak SD, ngebantu kak Intan(makasyiii
kaak).
PFS singakatan dari pit and
fissure sealant. Perawatan ini biasa ditujukan untuk anak-anak dengan tujuan
untuk mencegah ceruk yang sempit dan dalam pada gigi geraham anak yang pada
akhirnya menjadi penyebab gigi berlubang karena makanan nyangkut kesitu. Karena
geraham itu sayang banget kalau tanggal makanya harus dijaga bener yaaa
temans!
PFS
Hari terakhir kami kerja juga
kami mulai membereskan barang-barang selama kami bekerja. Baiknya tuh
orang-orang desanya terus-terusan nanyain mereka bisa bantu apa. Terus anak-anak
juga pada langsung bantu angkut meja untuk dibalikin ke sekolah mereka. Disini juga
aku dapet pelajaran lagi. Jadi kalau nanti ke daerah lain, jangan lupa bawa
makanan kecil untuk penduduk disana misal bengbeng atau apa gitu. Mereka akan
suka karena bagi mereka itu nggak biasa. Nantinya kita jadi bisa lebih akrab
sama mereka hehe.
Anak-anak Desa Nao
Foto
terkahir setelah kerja di depan Paroki
Sehabis evaluasi kerja, kami
sholat dan istirahat sejenak. Setelah itu, kami pergi ke daerah kota untuk
membeli oleh-oleh diikuti dengan makan malam bersama dengan dokter Victor(?)
dan pemuda Desa Nao.
Kamis, 26
Juli 2018
Huhu nggak kerasa ini hari
terkahir di Desa Nao. Sedih akan ninggalin tempat yang bagus banget dan
pengalamannya tapi nggak sabar juga untuk perjalanan lain di NTT hehe. Setelah kami
loading koper, kami pamit sama bapak Wahyu dan mama Moza, berfoto, dan bertukar
kontak serta ada penutupan dari kepala desa. Setelah itu kami bertolak langsung
kembali ke Labuan Bajo.
Di Labuan Bajo, kami nginep di
Bajo Nature. Seru sih baru pertama kali nginep di tempat yang kayak dorm gitu. Kami
menghabiskan waktu dengan istirahat dan juga keliling-keliling yeshh! Salah satu
tempat yang kami kunjungi adalah Goa Cermin. Pokoknya beberapa tempat wisata di
sekitar Labuan Bajo. Oiya salah satu yang harus juga dicoba itu ke bukit Sylvia
dan bukit-bukit di sekitar situ. Karena pemandangannya bagus dan semakin kita
naik semakin bagus pemandangannya. Terus kalau mau ambil foto juga bagus banget
pas jam 16.00-16.30 karena lagi golden hour gitu jadi makin ca'em lah.
Jalan
menuju Goa Batu Cermin
Nao Luv
Bukit Sylvia
dari bawah
Setelah itu, kami, marginal
squad alias peserta Kersos mutusin buat jalan-jalan. Pertama kami ke toko eskrim
gitu. Btw suasana di sekitar Labuan Bajo ini asik. Banyak hiburannya dan toko-toko
lucu gitu. Di toko eskrim juga ada kejadian kocak dimana Janice pas baru nerima
eskrim cone-nya dia, krn bengong mungkin, eskrimnya jatoh plek ke lantai. Belum
dicobain udah jatoh. Terus dia kaget tambah bingung gitu. Kita mah langsung
spontan ngakak semua. Setelah itu kami lanjut menjelajah tempat makan lain
sampai teler. Seru dah pokoke.
Jumat, 27
Juli 2018
Yeayyyy petualangan sesungguhnya
dimulai!. Jadi kami pergi ke pulau Rinca, pulau Kelor, dan pulau Bidadari. Kami
berjalan keliling Pulau hanya di Pulai Rinca sementara dari ketiga pulau, kami
snorkeling di pulau Kelor dan Bidadari.
Perjalanan
ke Pulau Rinca
Hehei
akhirnya ketemu komodo
Pemandangan
dari atas Pulau Rinca
Menurut aku biasa aja gitu snorkelingnya. Mungkin
karena kurang tepat lokasinya. Tapi tetep seneng karena main air haha. Setelah selesai
eksplor pulai kami kembali ke dermaga. Tapi abis itu bingung mau ngapain kan,
kebanyakan pada langsung pulau untuk mandi sih tapi Sarmel, Ara, dan Putri
akhirnya ngajak untuk berburu sunset di sekitar dermaga abis itu lanjut makan
karena kalau balik dulu ke penginapan nggak sempet lagi jalan-jalannya.
Ini nih yang ngakak. Jadi karena
nggak mau bajunya basah karena belum mandi akhirnya aku mutusin buat pake
sarung+baju pas snorkeling kemana-mana hahaha. Kalo diinget-inget, nggak tau
malu juga ya gue. Yaudah deh kami akhirnya jadi foto-foto di dermaga dan sukak
lah liat kapal lalu lalang di laut bebas yang pemandangannya bagus.
Abis main, laper dong. Kami mutusin
untuk makan di pasar ikan dekat dermaga. Sistemnya itu ditawar terus nanti
request mau dimasak kayak apa. Kami ber-4 mutusin untuk beli cumi, udang, dan
ikan. Enak banget. Manis rasanya hehe. Ini nih ada kejadian bikin malu. Jadi pas
lagi makan gitu, tibatiba rombongan dosen dateng dan makan di tempat yang sama
kayak kami. Terus yaudah tuh nyapa-nyapa.
Selesai makan, mau pamit, terus di-stop sama
salah satu dosen aku. Terus akhirnya semua dosen ngeliat ke aku dong. Pas liat
aku masih pake baju snorkeling dengan bawahan sarung yang diiket terus pake
sepatu juga mereka heran terus nanya, kamu pakai itu kemana-mana?. Aku jawab
iya dok hehe abis kalo pake baju nanti bajunya basah, sontak satu meja itu
ketawa dan geleng-geleng. Yaudah malu abis, langsung kabur dah. Udah diketawain
dosen, makin dicengin sama mereka ber-3.
Setelah puas foto dan juga
makan, kami harus segera balik ke hotel untuk latihan penutupan besok. Awalnya bingung
mau naik apa kan tuh. Angkot nggak ada, masa iya mau jalan kaki. Akhirnya setelah
luntang-lantung nggak jelas ditambah lagi udah malem tiba-tiba ada yang manggil
gitu. Ditanya mau kemana, terus bilang mau balik ke hotel pak tapi nggak tau
naik apa. Akhirnya bapaknya bilang pake ojek aja itu tapi harus jalan dan
bilang kalian pelajar haha. Dalam hati, tau aja kita pengennya yang hemat.
Pas ke pangkalan ojeknya,
ojeknya bilang anternya satu motor berdua aja tapi bayarnya dilebihin terus
kita cuma bengong terus iya-in. Ternyata beneran, aku sama Sarmel satu motor
hahahah. Ini super ngakak karena kami yang masih pake pake baju snorkeling,
malem-malem, terus cengtri otw ke hotel. Hari itu ditutup dengan kami latihan
bareng untuk penutupan besok. Haaahhh… capek tapi ngakak abis.
Sabtu, 28
Juli 2018
Hari terakhir Kersos, kami mengadakan
penutupan secara. Penutupan acara salah satunya diisi dengan penampilan peserta
Kersos haha, setelah itu langsung ke bandara Komodo untuk pulang ke rumah
yeaaay.
Foto
setelah tampil penutupan
Dari sejauh perjalanan Kersos
yang aku ikuti sebagai peserta, aku seneng banget sih. Selain tempatnya bagus,
terus berasa banget kita udah mulai latihan untuk mengabdi secara langsung
hehehe Alhamdulillah. Makasyyyiii banyaaak kakak-kakak panitia yang udah
mengizinkan aku untuk berpartisipasi dalam Kersos tahun ini hehe. Semoga kedepannya
makin banyak pengabdian masyarakat yang bisa kita kembangkan hehe.
Forever grateful, Alhamdulillah.
Sekian cerita aku kali ini…bye
byeeeeeee hehe.