Full Day School : Kebijakan Pendidikan Tidak Jelas?!
Aloo teman-teman semua ehehe. Di saat libur gini enaknya
nulis kali ya. Berhubung ini pertama kalinya juga nulis beneran buat blog hehe.
Jadi kali ini keknya seru nih bahas salah satu keputusan pemerintah yang lagi
lumayan hangat diobrolin. Obrolan ini datang dari keputusan Full Day
School yang katanya dikeluarkan dari Kemendikbud. Tapi bener gak si
kebijakan itu bener-bener dikeluarin sama Kemendikbud?. Pusing juga kalo baca
di media-media. Soalnya kan beda-beda gitu. Kemendikbud bilangnya mereka nggak
pernah ngeluarin kebijakan itu. Wah mana nih yang bener. Nah, biar nggak pada
bingung. Yuk simak informasi tambahan dibawah ini J
Jadi ceritanya gini, tanggal 19 Juni lalu saya bersilaturahim ke
kediaman bapak Muhadjir, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, di daerah Senayan.
Di tengah mengobrol dan bercerita, yang salah satu isi obrolan menyangkut
pendidikan di Indonesia, Bapak Muhadjir meluruskan bahwa Kemendikbud tidak
pernah meluncurkan program Full Day School seperti yang
sekarang ini cukup ramai dibicarakan. Kemendikbud memang mengeluarkan program
baru yang disebut PPK (pendidikan penguatan karakter) bukan Full Day
School atas perintah bapak Jokowi yang menginginkan pendidikan
di Indonesia 70% isinya pendidikan karakter dan 30% lainnya untuk keilmuan.
Beliau menegaskan istilah Full Day School hanya istilah yang
dibuat wartawan saja.
Sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa ada kebijakan PPK?
1). Teman-teman pernah dong dengar kalau guru harus mengajar 24
jam dalam seminggu?. Apabila waktunya kurang maka harus mencari sekolah lain.
Intinya, dalam seminggu guru harus mengajar selama 24 jam untuk mendapat
tunjangan profesi. Untuk daerah besar seperti Jakarta mungkin tidak terlalu
sulit untuk mencari sekolah “tambahan”. Namun, untuk daerah-daerah terpencil
yang jarak antar seklahnya berkilo-kilo meter itu akan membuang waktu. Belum
lagi ketika sampai di sekolah “tambahan” murid-murid disana tidak ada sehingga
sekolah sering kali kosong :’( . Nah, kalau sudah begini gurnya mau ngajar
siapa?. Oleh sebab itu, dengan adanya kebijakan PPK, guru cukup mengajar di
sekolahnya selama 8 jam/hari. Jadi tidak perlu lagi mencari sekolah “tambahan”
untuk mendapat tunjangan profesi.
Wah gilak 8 jam sehari? Ngapain aja tuh? Anak dipaksa belajar
selama itu? Nggak kasian apa masa anak SD disuruh belajar segitu lama?
Ketika ditanya, 8 jam perhari ngapain aja pak?Belajar di
kelas?capek banget kali pak?lagian kan mata pelajaran sekarang sedikit-sedikit
babnya misal agama.
Dengan santai bapak Muhadjir berguyon, “8 jam sehari itu bukan
hanya belajar di kelas. Kalau 8 jam perhari itu cuma dikelas, jangankan guru,
setan aja nggak kuat di kelas 8 jam”.
Jika ada yang bertanya, selama ini kan kita sudah belajar 8 jam
sehari, di SMA saja belajar di kelas sejak pukul 06.30-15.00 jadi nggak ngaruh
dong dan anak SMA kuat aja tuh. Tapi kan disini kita membicarakan pendidikan
dari SD sampai SMA. Untuk adik adik SD dan SMP memang dengan adanya kebijakan
ini maka waktu belajar mereka menjadi bertambah.
Kembali ke 8 jam yang dibicarkan bapak Muhadjir,belajar 8 jam
perhari itulah yang tujuannya penguatan karakter bukan hanya di dalam kelas.
Jadi begini, pembelajaran di sekolah terdiri dari 3 jenis yaitu
intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler.
Intra artinya pembelajaran di dalam kelas. Kokurikuler itu
kegiatan yang menunjang dan erat hubungannya dengan intrakurikuler yang
biasanya dilaksanakan diluar jam belajar di dalam kelas misalnya penugasan
proyek. Sedangkan ekstrakurikuler itu kegiatan tambahan misalnya menari,
bermain musik, menggambar, dll.
Dengan adanya belajar 8 jam sehari ini, pak mentri ingin 3
komponen di atas terintegrasi. Jadi nggak cuma intrakurikulernya aja yang
ditekankan tapi ekstra dan kokurikuler juga sama-sama ditekankan.
Ahela lu, banyakan teori. Aplikasinya mana?. Weitss sabar bozz
Aplikasinya gini, misal ada guru SD. SD mulai belajar di kelas
pukul 06.30-12.00. Berarti kegiatan intrakurikulernya berlangsung 5,5 jam. Nah
loh, kan disuruhnya 8 jam sehari. Terus 2,5 jam lagi ngapain?. Di sinilah
penguatan karakter yang dimaksud.
Seorang anak pasti ada dong interestnya. Misalkan dia
suka menari atau menyanyi atau setiap pulang sekolah pergi ke madrasah. Peran
guru “mengajar” 2,5 jam sisa tadi terlaksana. Jadi guru akan mengajarkan interest si
anak. Kalau anaknya suka nyanyi ya gurunya ngajar nyanyi. Misal ada kegiatan
yang diluar kemampuan si guru, contonya ada anak yang interest main
biola lalu les biola di luar. Yowes, nanti si guru akan memantau kegiatan di
luar si anak tersebut. Nilai yang diterima si anak ketika mengikuti les akan dilaporkan
kepada gurunya dan dijadikan nilai tambahan untuk nilai sekolahnya. Atau
misalkan sehabis sekolah si anak membantu orang tuanya, ya ngakpapa tho
ngebantu orang tuanya. Bagus malah. Ya tinggal ada komunikasi antara si anak
dan guru. Si anak lapor,” bu guru, saya kalau pulang sekolah harus bantu bapak
jualan”. Yasudah. Tinggal tugas gurunya memantau 2,5 jam untuk pendidikan
karakternya. Toh jualan berarti si anak sedang berlatih kemadiriannya. Berlatih
kewirausahaannya pun dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
Kalau anak belum ada ketertarikan akan suatu hal maka tugas guru
itulah mencari dan menggembangkan ketertarikan si anak.
Jadi intinya gurunya ”make sure” anak didiknya
melaksanakan pendidikan karakternya masing-masing. Nggak dilepas begitu saja.
Kalau ini si pendapat pribadi saya ehehe.
Sebab profesi guru seyogianya tidak hanya mengajarkan keilmuan.
Ada hal yang lebiiihhh penting yakni mendidik karakter si anak. Semoga tidak
hanya menjadi anak yang cerdas tetapi juga menjadi orang baik di lingkungannya,
bermanfaat, dan masih banyak lagi. Nah kalau teman-teman sering melihat orang
pintar namun korupsi seperti. Karakter seperti ini kan bahaya ya. Oleh sebab itu,
pendidikan karakter diutamakan dalam kurtilas. Kurikulum yang dipakai saat ini.
Oiya, kalau dipikir-pikir, full day school pasti
akan memakan banyak dana sebab makan siswa juga ditanggung pemerintah. Nah, pak
mentri kurang lebih juga mengatakan “full day school kan berarti
makan siswa ditanggung pemerintah yang pastinya butuh uang banyak, belum mampu
kita untuk anggaran sebanyak itu bahkan alokasi APBN untuk Kemendikbud sendiri
akan dikurangi untuk dibagikan ke instansi dan kementrian lain”
2). Ada juga loh maksud lain sekolah sampai hari jumat
Apaan tuuh??
Jadi maksudnya adalah ketika hari sabtu dan minggu digunakan oleh
siswa siswa untuk berkumpul bersama keluarga sebab memang penting menjalin
keakraban dengan keluarga.
Kalau ini si kayaknya agak susah ya. Apalagi kelas 12 SMA.
Kayaknya hampir setiap hari gaada liburnya :’(
Yah terlepas dari itu, kalau dibayangkan hari sabtu juga harus
datang ke sekolah terus belajar dalam kelas, gimana rasanya coba.
Panjang banget ya?. Iya hehehe. Mager juga sebenernya nulis
panjang gini tapi ya ini ditulis hanya sekedar untuk meluruskan full
day school yang ramai dibicarakan. Bukan bermaksud mendukung atau
gimana. Namun, saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar langsung dari bapak
mentri. Awalnya juga kepo, ngapain dah ini mentri bikin full day school segala tapi
ternyata ada kekeliruan di sini.,
Kebijakan yang tengah dirancang Kemendikbud ini juga belum
mencapai final. Masih akan ada diskusi lebih lanjut antar pihak yang terkait.
Kita tunggu aja ya nanti akan bagaimana jadinya ehehehe.
Semoga pendidikan Indonesia lebih baik kedepannya dan berhasil
mencetak manusia yang tidak hanya cerdas secara keilmuan namun juga secara
spiritual dan dapat berbakti pada negeri.
Semoga dengan PPK, pesan Ki Hajar Dewantara dapat terlaksana
seoptimal mungkin.
Ing Ngarso Sung Tolodo
Ing Madyo Mbangun Karso
Tut Wuri Handayani
:) :) :)
Jakarta, 21 Juni 2017
Kereenn...semangat yaaaa...
BalasHapus