Maju Bersama
GELIS dan GETUK BUTIK
Oleh Siti Hida Farhatun
Tenggorokan mendadak tercekat, pupil
mata terasa mengecil, jantung berdetak tidak seperti biasanya, lebih cepat, saat
membaca setiap kata pada pesan singkat yang dikirimkan seorang teman…Apa itu
literasi? literasi hanyalah sebuah ruang dengan tumpukan buku. Buku dan tumpukan,
hanyalah sebatas itu yang terlihat saat matanya melihat sebuah pojok kelas,
dengan karpet berwarna, banner warna warni, dan 2 keranjang buku bacaan.
Dengan cepat menarik nafas yang
dalam sambil tersenyum manis dan berusaha memanipulasi rasa yang berkecamuk
dihati, teringat sedang berhadapan dengan anak muda yang butuh seseorang kuat, perlahan
tapi pasti dengan nada suara tegas “biarkan saja, kita harus terus semangat, kita
akan buktikan bahwa langkah ini akan terus berjalan, sukses dan bermanfaat”.
Siang terik itu, teringat mendadak
mendapatkan tugas untuk menghadiri rapat tentang kegiatan literasi dari
pengawas sekolah. Dalam hati bertanya, apa itu literasi, dikarenakan perintah
atasan, sayapun berangkat dengan si beaty
(Motor ringan bertenaga super) sambil berharap semoga ada kebermanfaatan
didalamnya. Kegiatan literasi yang dilaksanakan menghadirkan bapak Satria
Darma, seorang tokoh literasi nasional. Selayaknya anak baru yang memasuki
dunia sekolah, sayapun duduk dengan wajah penuh tanya sambil sesekali mencuri
pandang memperhatikan satu satu peserta kegiatan. Sedikit terperangah saat
menangkap sosok yang sepertinya tidak asing, ada diantara peserta kegiatan guru
SMA saya dulu, guru Bahasa Indonesia, menebak dalam hati sepertinya ini erat
pertalian saudaranya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, bermodal kepercayaan
diri tingkat tinggi maka sebelum kegiatan dimulai sayapun berkenalan dan
bertukar kontak komunikasi. Saat itu hati yang paling dalam mengirimkan sinyal
bahwa ini hal besar dan saya harus berada diantaranya. Tibalah saat pembicara hadir dan memaparkan tentang
literasi melalui program Gerakan Literasi Sekolah, rasanya mata ini berbinar-
binar, pipi bersemu merah, mendadak telinga terasa lebih lebar karena berusaha
bisa mendengar setiap informasi tentang literasi di sekolah. Mendengar
penjelasan pembicara, jatuh hatiku, tetiba terbesit dalam hati memberi nama
pada gerakan ini, aku menyebutnya dengan GELIS
(Gerakan LIterasi Sekolah)…ah, ini program luar biasa, kenapa saya baru
mengetahuinya, berada di ibukota, ternyata tidak cukup memberikan kesempatan
untuk mengetahui lebih awal, namun tidak ada kata terlambat untuk memulai dunia
indah ini. GELISku, akan banyak orang
yang jatuh hati padamu.
Kegiatan singkat di siang yang terik
itu, seperti gerbang yang hanya terbuka sedikit, telah berhasil membuatku
penasaran. Seusai kegiatan kuputuskan segera menemui sang pemberi perintah,
melaporkan kegiatan, dan menggali lebih dalam tentang si GELIS. Saat itu beliau memberikan tantangan agar dapat memulainya
disekolah, dengan tersenyum manis namun sedikit pahit terpaksa kujawab tantangan
itu sambil berdoa dalam hati berharap Dia akan memberi saya jalan untuk
mengenal literasi lebih jauh dan mendalam sebelum memulainya.
Sepertinya Tuhan, alam, dan
keberuntungan menaungi, hasil dari tingkat kepercayaan diri yang tinggi saat
kegiatan siang yang terik itu, pesan singkat terkirim diajak teman guru sesama
peserta kegiatan untuk menjadi panitia kegiatan Festival Literasi Jakarta,
yes…. saya bersedia. Dengan beaty
yang selalu setia, berkali-kali harus menghadiri rapat yang cukup jauh dan
sampai sore bahkan malam hari, meski lelah mendera, tapi dijalani dengan senang
hati, karena ini adalah pemberian kesempatan dariNya melalui bisikan hati agar
lebih mengenal si GELIS. Festival ini
menjadi alasan pertama saya untuk memasuki dunia literasi ke sekolah, dengan
modal nekat dan sekali lagi kepercayaan diri tingkat tinggi, menghadap kepala
sekolah dan menyampaikan keinginan untuk membuat buku karya anak-anak untuk diikutsertakan
pada kegiatann FLJ, yes….akhirnya SIL
(surat ijin literasi) pun didapat. Dengan waktu yang sangat singkat, dibantu
oleh beberapa teman, anak-anak memulai mengumpulkan hasil karya berupa puisi,
cerita pendek, pantun. Banyak karya yang diterima, menandakan anak-anak sangat
antusias dan senang sekali, maka dengan cepat kami harus memilah karya terbaik
yang akan dimasukkan buku karya sekolah, karya yang tingkat original tinggi dan menarik. Jari jemari
menari indah mengetik ulang hasil karya anak-anak, dan dengan dibantu teman
yang hebat dibidang cetak mencetak, akhirnya berhasil menghasilkan sebuah buku
dengan kumpulan karya sekolahku. Rasa haru memuncah, tanpa terasa mataku panas,
berlian cair itu menguasai padanganku, tanganku bergetar membelai lembut cover buku
itu, buku kumpulan karya terbaik anak-anak sekolahku. Akhirnya sekolahku punya
karya untuk dipamerkan di kegiatan besar, meski berada diruang yang kecil untuk
buku karya karena harus bergabung dengan sekolah lain. Bangga karena sekolahku,
sekolah tingkat sekolah dasar, bisa mengikrarkan diri, bersama dalam langkah
Gerakan Literasi Sekolah. Bangga karena buku karya sekolah saat pameran dibaca,
dikagumi karena dikemas dengan buku yang menarik. Meski belum sempurna, tapi
ini langkah awal yang manis untuk dikenang.
Buku karya itu semakin membakar semangat diri
agar si GELIS bisa diminati di sekolah.
Selayaknya seorang pejuang, menyiapkan amunisi dan senjata adalah suatu keharusan
untuk menang dan sukses dalam perjuangan. Saya adalah pejuang GELIS, dengan kekuatan bulan akan
menghadapi tantangan yang ada. Sebelum ke kepala sekolah, langkah pertama
adalah mengumpulkan tim sukses si GELIS
yakni sesama teman guru di sekolah. Langkah kedua yaitu membuat program
sederhana GELIS yaitu 15 menit
membaca sebelum pembelajaran, perpustakaan kelas dengan pojok literasi dan
gerakan satu buku satu anak, satu anak menyumbangkan satu buku untuk dijadikan
bahan bacaan dikelas.
Sesudah siap dengan program dan tim sukses
yang solid, langkah selanjutnya yaitu menghadap kepala sekolah dan memberikan
paparan program dengan penuh semangat dan percaya diri. Dan akhirnya ijin
itupun didapat, kepala sekolah berjanji akan membawanya ke forum rapat para
guru serta komite sekolah agar dapat mendukung dan mensukseskan si GELIS. GELIS, aku yakin kamu akan jadi primadona sekolah.
Tibalah
hari itu, langkah awal untuk menggerakkan program GELIS. Pada waktu yang telah ditentukan, memberikan presentasi
didepan rekan guru dan komite sekolah tentang si GELIS. Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah gerakan untuk
memperkuat penumbuhan budi pekerti siswa yang merupakan salah satu program
Kemdikbud yag tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23 Tahun 2015 yang bertujuan menumbuhkan minat baca peserta didik serta
meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih
baik, dan tercipta pembelajaran sepanjang hayat, lalu akupun melanjutkannya
dengan mengungkapkan program-program sederhana yang telah kami susun.
Rasa
syukur yang tidak terhingga saat teman-teman guru dan komite kelas menyambut
baik dan bersemangat atas kedatangan si GELIS.
Tidak butuh waktu yang lama, para orang tua dengan senang dan suka rela
menyiapkan buku, karpet kecil, rak-rak dan membawanya ke sekolah. GELIS secepat kilat menjadi terkenal dan
trend topik para sosialita disekolah. Program membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dan pojok literasi dikelas tersebut bisa sukses dijalankan
disekolah. Namun jalan tidak selamanya
mulus, halus seperti kulit para artis, diperjalanan waktu mendapat komentar
pedas level 10, komentator sekaligus kritikus handal di sekolah mengatakan menurutnya
literasi adalah sebuah ruang dengan tumpukan buku. Entah karena wawasannya yang
sangat sederhana dan sempit atau rasa malas menjadi pasukan literasi sehingga
sang kritikus itu berkomentar seperti itu, namun kritik terkadang memang perlu
ditanggapi dengan positif, GELIS tetap
semangat.
Terbukti
akibat ulah kritikus itu pasukan si GELIS
semakin menggila dan berani, saat kami melihat membaca menjadi rutinitas
anak-anak, tanpa diperintah, anak-anak membaca sendiri buku-buku dipojokkan
kelas bahkan saat satu persatu teman guru, menjadikan pojok literasi yang lebih
menyenangkan dan nyaman dikelas. Dengan kekuatan bulan, kami mengajukan diri,
agar GELIS dapat dimasukkan didalam
kurikulum sekolah, menjadi program pembiasaan, mengaktifkan wajib membaca
kunjungan perpustakaan dan memasang internet dengan jangkauan luas ke kelas,
agar guru dapat memanfaatkan internet dalam pembelajaran dan berliterasi dengan
menggunakan internet. Dan semua itu dikabulkan oleh kepala sekolah…yes, kepala
sekolah seperti ini memang keren, selama membawa manfaat dan kebaikan untuk
memajukan pendidikan disekolah, akan didukung secara moril dan materil.
Namun semua itu bukanlah cerita
dongeng yang semuanya terasa indah dan menyenangkan. Program yang bagus, kepala
sekolah yang mendukung, teman-teman yang semangat, tidak serta merta menjadikan
perjalanan GELIS ini mulus seperti
jalan tol Cipali. Kami harus menghadapi kendala-kendala teknis yang memerlukan
kesabaran dan tenaga ekstra, seperti semangat anak-anak dan guru yang turun
naik, kegiatan sekolah yang silih berganti dan keperluan finansial penunjang.
Terkadang
datangnya masalah, mendadak membuat seseorang berfikir lebih kreatif agar GELIS ini sukses dan tetap diminati.
Melalui rapat meja kotak, memutuskan mengkombinasi kegiatan GELIS dengan kegiatan lainnya. Untuk
menyemangati anak-anak dan guru, dibuatlah award seperti pembaca buku
tersering, peminjam buku terbanyak, dan guru yang selalu ber GELIS dikelas. Dan yang menarik lagi,
untuk membantu kegiatan dari sisi finansial, maka dibuatlah program GETUK BUTIK. GETUK BUTIK yakni gerakan
tukar buku dengan plastik, maksudnya
menukar buku yang ada dikelas maupun diperpustakaan dengan plastik bekas
seperti botol plastik, gelas plastik sesudah mereka jajan dikantin. Keuntungan gerakan
ini dapat dinikmati oleh banyak pihak. Untuk anak-anak, dengan menukarkan plastik
bekas itu, mereka mendapatkan kesempatan untuk membawa buku yang dipinjam
kerumah dengan waktu yang lebih lama. Sedangkan untuk sekolah, lingkungan
menjadi bersih, ramah lingkungan dan bisa menghasilkan kemampuan finansial
dengan menjual platik bekas tersebut ke pengepul. Hasil dari penjualan plastik
itu, akan membantu finansial si GELIS agar sukses.
Kami percaya, meski perlu kesabaran,
keuletan dan tenaga yang tidak biasa, program GELIS dengan GETUK BUTIKnya
akan mewujudkan terciptanya pembelajaran
sepanjang hayat. Dan akupun bernafas lega dengan senyuman yang terus ada
disudut bibirku. Terima kasih Tuhan, semoga usaha kami tidak sia-sia dan akan
berjalan terus.
Kereenn...semangat yaaa...
BalasHapusMantap...
BalasHapus