Rabu, 19 Juli 2017

Full Day School : Kebijakan Pendidikan Tidak Jelas?!



Aloo teman-teman semua ehehe. Di saat libur gini enaknya nulis kali ya. Berhubung ini pertama kalinya juga nulis beneran buat blog hehe. Jadi kali ini keknya seru nih bahas salah satu keputusan pemerintah yang lagi lumayan hangat diobrolin. Obrolan ini datang dari keputusan Full Day School yang katanya dikeluarkan dari Kemendikbud. Tapi bener gak si kebijakan itu bener-bener dikeluarin sama Kemendikbud?. Pusing juga kalo baca di media-media. Soalnya kan beda-beda gitu. Kemendikbud bilangnya mereka nggak pernah ngeluarin kebijakan itu. Wah mana nih yang bener. Nah, biar nggak pada bingung. Yuk simak informasi tambahan dibawah ini J

Jadi ceritanya gini, tanggal 19 Juni lalu saya bersilaturahim ke kediaman bapak Muhadjir, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, di daerah Senayan. Di tengah mengobrol dan bercerita, yang salah satu isi obrolan menyangkut pendidikan di Indonesia, Bapak Muhadjir meluruskan bahwa Kemendikbud tidak pernah meluncurkan program Full Day School seperti yang sekarang ini cukup ramai dibicarakan. Kemendikbud memang mengeluarkan program baru yang disebut PPK (pendidikan penguatan karakter) bukan Full Day School  atas perintah bapak Jokowi yang menginginkan pendidikan di Indonesia 70% isinya pendidikan karakter dan 30% lainnya untuk keilmuan. Beliau menegaskan istilah Full Day School hanya istilah yang dibuat wartawan saja.
Sekarang yang jadi pertanyaan, kenapa ada kebijakan PPK?

1). Teman-teman pernah dong dengar kalau guru harus mengajar 24 jam dalam seminggu?. Apabila waktunya kurang maka harus mencari sekolah lain. Intinya, dalam seminggu guru harus mengajar selama 24 jam untuk mendapat tunjangan profesi. Untuk daerah besar seperti Jakarta mungkin tidak terlalu sulit untuk mencari sekolah “tambahan”. Namun, untuk daerah-daerah terpencil yang jarak antar seklahnya berkilo-kilo meter itu akan membuang waktu. Belum lagi ketika sampai di sekolah “tambahan” murid-murid disana tidak ada sehingga sekolah sering kali kosong :’( . Nah, kalau sudah begini gurnya mau ngajar siapa?. Oleh sebab itu, dengan adanya kebijakan PPK, guru cukup mengajar di sekolahnya selama 8 jam/hari. Jadi tidak perlu lagi mencari sekolah “tambahan” untuk mendapat tunjangan profesi.

Wah gilak 8 jam sehari? Ngapain aja tuh? Anak dipaksa belajar selama itu? Nggak kasian apa masa anak SD disuruh belajar segitu lama?

Ketika ditanya, 8 jam perhari ngapain aja pak?Belajar di kelas?capek banget kali pak?lagian kan mata pelajaran sekarang sedikit-sedikit babnya misal agama.

Dengan santai bapak Muhadjir berguyon, “8 jam sehari itu bukan hanya belajar di kelas. Kalau 8 jam perhari itu cuma dikelas, jangankan guru, setan aja nggak kuat di kelas 8 jam”.

Jika ada yang bertanya, selama ini kan kita sudah belajar 8 jam sehari, di SMA saja belajar di kelas sejak pukul 06.30-15.00 jadi nggak ngaruh dong dan anak SMA kuat aja tuh. Tapi kan disini kita membicarakan pendidikan dari SD sampai SMA. Untuk adik adik SD dan SMP memang dengan adanya kebijakan ini maka waktu belajar mereka menjadi bertambah.

Kembali ke 8 jam yang dibicarkan bapak Muhadjir,belajar 8 jam perhari itulah yang tujuannya penguatan karakter bukan hanya di dalam kelas.
Jadi begini, pembelajaran di sekolah terdiri dari 3 jenis yaitu intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler.

Intra artinya pembelajaran di dalam kelas. Kokurikuler itu kegiatan yang menunjang dan erat hubungannya dengan intrakurikuler yang biasanya dilaksanakan diluar jam belajar di dalam kelas misalnya penugasan proyek.  Sedangkan ekstrakurikuler itu kegiatan tambahan misalnya menari, bermain musik, menggambar, dll.

Dengan adanya belajar 8 jam sehari ini, pak mentri ingin 3 komponen di atas terintegrasi. Jadi nggak cuma intrakurikulernya aja yang ditekankan tapi ekstra dan kokurikuler juga sama-sama ditekankan.

Ahela lu, banyakan teori. Aplikasinya mana?. Weitss sabar bozz

Aplikasinya gini, misal ada guru SD. SD mulai belajar di kelas pukul 06.30-12.00. Berarti kegiatan intrakurikulernya berlangsung 5,5 jam. Nah loh, kan disuruhnya 8 jam sehari. Terus 2,5 jam lagi ngapain?. Di sinilah penguatan karakter yang dimaksud.

Seorang anak pasti ada dong interestnya. Misalkan dia suka menari atau menyanyi atau setiap pulang sekolah pergi ke madrasah. Peran guru “mengajar” 2,5 jam sisa tadi terlaksana. Jadi guru akan mengajarkan interest si anak. Kalau anaknya suka nyanyi ya gurunya ngajar nyanyi. Misal ada kegiatan yang diluar kemampuan si guru, contonya ada anak yang interest main biola lalu les biola di luar. Yowes, nanti si guru akan memantau kegiatan di luar si anak tersebut. Nilai yang diterima si anak ketika mengikuti les akan dilaporkan kepada gurunya dan dijadikan nilai tambahan untuk nilai sekolahnya. Atau misalkan sehabis sekolah si anak membantu orang tuanya, ya ngakpapa tho ngebantu orang tuanya. Bagus malah. Ya tinggal ada komunikasi antara si anak dan guru. Si anak lapor,” bu guru, saya kalau pulang sekolah harus bantu bapak jualan”. Yasudah. Tinggal tugas gurunya memantau 2,5 jam untuk pendidikan karakternya. Toh jualan berarti si anak sedang berlatih kemadiriannya. Berlatih kewirausahaannya pun dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

Kalau anak belum ada ketertarikan akan suatu hal maka tugas guru itulah mencari dan menggembangkan ketertarikan si anak.

Jadi intinya gurunya ”make sure” anak didiknya melaksanakan pendidikan karakternya masing-masing. Nggak dilepas begitu saja. Kalau ini si pendapat pribadi saya ehehe.

Sebab profesi guru seyogianya tidak hanya mengajarkan keilmuan. Ada hal yang lebiiihhh penting yakni mendidik karakter si anak. Semoga tidak hanya menjadi anak yang cerdas tetapi juga menjadi orang baik di lingkungannya, bermanfaat, dan masih banyak lagi. Nah kalau teman-teman sering melihat orang pintar namun korupsi seperti. Karakter seperti ini kan bahaya ya. Oleh sebab itu, pendidikan karakter diutamakan dalam kurtilas. Kurikulum yang dipakai saat ini.

Oiya, kalau dipikir-pikir, full day school pasti akan memakan banyak dana sebab makan siswa juga ditanggung pemerintah. Nah, pak mentri kurang lebih juga mengatakan “full day school kan berarti makan siswa ditanggung pemerintah yang pastinya butuh uang banyak, belum mampu kita untuk anggaran sebanyak itu bahkan alokasi APBN untuk Kemendikbud sendiri akan dikurangi untuk dibagikan ke instansi dan kementrian lain”

2). Ada juga loh maksud lain sekolah sampai hari jumat

Apaan tuuh??

Jadi maksudnya adalah ketika hari sabtu dan minggu digunakan oleh siswa siswa untuk berkumpul bersama keluarga sebab memang penting menjalin keakraban dengan keluarga.
Kalau ini si kayaknya agak susah ya. Apalagi kelas 12 SMA. Kayaknya hampir setiap hari gaada liburnya :’(

Yah terlepas dari itu, kalau dibayangkan hari sabtu juga harus datang ke sekolah terus belajar dalam kelas, gimana rasanya coba.

Panjang banget ya?. Iya hehehe. Mager juga sebenernya nulis panjang gini tapi ya ini ditulis hanya sekedar untuk meluruskan full day school yang ramai dibicarakan. Bukan bermaksud mendukung atau gimana. Namun, saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar langsung dari bapak mentri. Awalnya juga kepo, ngapain dah ini mentri bikin full day school segala  tapi ternyata ada kekeliruan di sini.,

Kebijakan yang tengah dirancang Kemendikbud ini juga belum mencapai final. Masih akan ada diskusi lebih lanjut antar pihak yang terkait. Kita tunggu aja ya nanti akan bagaimana jadinya ehehehe.

Semoga pendidikan Indonesia lebih baik kedepannya dan berhasil mencetak manusia yang tidak hanya cerdas secara keilmuan namun juga secara spiritual dan dapat berbakti pada negeri.
Semoga dengan PPK, pesan Ki Hajar Dewantara dapat terlaksana seoptimal mungkin.

Ing Ngarso Sung Tolodo
Ing Madyo Mbangun Karso
Tut Wuri Handayani

:) :) :)


Jakarta, 21 Juni 2017

[BANGKOK JOURNAL PART 1: 46th APDSA ANNUAL CONGRESS 2019]

 46th ASIA PACIFIC DENTAL STUDENT ASSOCIATION ANNUAL CONGRESS 2019 THAILAND OKAY HUFT! After dealing with problems, I finally make this...