Senin, 10 Juni 2019

Sudah Benarkah Menjadi Seorang Mahasiswa?

"Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pemuda-pemudi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran dan telah tercerahkan pemikirannya serta diteguhkan hatinya saat mereka berdiri di hadapan kezaliman. Oleh sebab itu, sepatutnya mahasiswa bergerak untuk mengubah kondisi bangsa menuju masyarakat madani yang adil dan makmur. Perjuangan pergerakan kemahasiswaan akan selalu ada selamanya sebagai agen perubah, kekuatan moral, dan bekal masa depan untuk mengusung cita-cita perjuangan negara. " [ Pembukaan UUD IKM UI]

.

Di tengah hiruk-pikuk kampus dengan kesibukan setiap mahasiswanya menuntut ilmu, sering tercetus dalam lamunan, sebenarnya pada akhirnya untuk siapakah ilmu ini? apa hanya untuk diri sendiri?

.

Memaknai UUD IKM di atas, melihat keadaan negara tercinta, apa yang sudah kulakukan untuk bangsa ini?

.

Bagaimana caranya agar bisa menjadi sesosok tokoh yang merefleksikan pembukaan di atas secara seutuhnya?

[..]

Sabtu, 05 Januari 2019

KERSOS FKG UI 2018

Jika memang menulis adalah untuk keabadian, maka biarkanlah aku menuliskan kisah ini untukmu. Kisah tentang aku dan keluarga baruku yang menjelajah dan mengabdikan diri di bumi timur Indonesia yang keelokannya tak terkira.

Keluarga baruku, FKG UI, mengadakan kerja Sosial (Kersos) yang merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat, pendidikan, dan penelitian di bawah naungan BEM FKG UI.

Kersos digelar setiap dua tahun sekali dengan wilayah kerja di luar pulau Jawa. Tahun ini, baksi sosial diadakan di empat desa dalam cakupan dua kabupaten NTT. Desa Nangalili dan Kempo yang berada di kabupaten Manggarai Barat serta desa Nao dan desa Ketang di Kabupaten Manggarai. “ Satu Semangat Sejuta Senyuman” merupakan tagline dari Kersos tahun ini yang diadakan pada 21-28 Juli. Diikuti oleh 112 mahasiswa preklinik dan klinik, 4 residen bedah mulut serta 25 dosen FKG UI. Kegiatan yang dilaksanakan berupa pengobatan gigi dan mulut, penyuluhan gigi dan mulut, penyuluhan kesehatan gigi dan kesehatan umum, sirkumsisi, seminar kedokteran gigi, dan Instagram photo contest

Terpilihnya NTT sebagai lokasi Kersos tahun ini didasarkan pada kajian yang dilaksanakan FKG UI dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan setiap 5 – 6 tahun sekali. Berdasarkan Riskesdas 2014, status kesehatan gigi dan mulut provinsi NTT memiliki indeks DMF-T sebesar 3,2. Hal ini menandakan bahwa rata-rata kerusakan gigi pada masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah 3 buah gigi per orang atau 32 gigi per 100 orang.
Tenaga kesehatan khususnya dokter gigi yang tersedia untuk melayani kesehatan gigi dan mulut masyarakat NTT jumlahnya masih sangat minim, yaitu 122 dokter gigi yang melayani 350 puskesmas di Nusa Tenggara Timur (122 dokter gigi untuk melayani jumlah penduduk sebesar 5.203.514 jiwa). Hal tersebut menunjukan rasio dokter gigi yang belum mencapai target yaitu 11 per 100.000 penduduk.
Yihiiiyyy udah cukupp yaa overview tentang Kersosnya, sekarang aku akan bercerita tentang perjalanan kami selama 7 hari disana.
Minggu, 22 Juli 2018
Kami berkumpul di bandara Soetta jam 06.00 dengan flight jam 10 pagi. Awalnya kaget bener, ngapain dah kan lama amat di bandara 4 jam. Nggak taunya bookkk.. dipikir-pikir bener juga. Wong rombongannya aja segambreng banyaknya, sampe satu pesawat diisi rombongan kami, wajar lah ya preparationnya lama. Terus kan juga kopernya banyak gitu, belum lagi alat-alat medis, obat, bingkisan, dll yang harus diangkut juga. Nggak kebayang deh capeknya kakak-kakak perlap. Semangat ya kak hihi. Apalagi kak Clar, semangat kak wakwak.

Foto bersama keluarga Kersos 2018

Penerbangan ke Labuan bajo sekitar 2,5 jam lah ya kurang lebih. Dan alhamdulillahnya aku dapet seat yg deket sama jendela jadi pas udah mau mendarat langsung keliatan gitu pemandangan pulau-pulau sekitar Labuan bajo. Terus pas tau seat aku deket jendela Diven iri bingits!! Hahahahaha. Ternyata bener, masya Allah bagus bangeeett!!. Gaboong keren deeh. Udah gunung-gunungnya warna kuning kecoklatan gitu kaya savanna, terus lautnya yang biru, dan kapal-kapal yang lagi berlayar. Haduh bagus banget deh!.

Udah tiba di bandara Komodo terus ya biasa lah ya kita foto-foto, nge-snapgram, ngabarin orang rumah dsb. Setelah itu ambil barang terus langsung cus ke pendopo Tante Paula. Disini kami ramah tamah, makan siang, dan istirahat sebentar sebelum berpisah menuju desa masing-masing. Lucunya lagi di pendopo ini tuh aku ngeliat ada sapi dilepas gitu di sebelah pendopo. Lucu banget. Maklum ya rada norak soalnya jarang ngeliat yang begituan ehehehe

Janice di depan pendopo Tante Paula

Get ready for the long journey hmmmppp. Oiya, aku dapetnya itu Desa Nao. Desa Nao terletak di kab. Santarmese Utara, Manggarai. Desa Nao itu desa yang paling jauh dari Labuan Bajo. Sekitar 3,5 -4 jam. Desa paling dingin diantara tiga desa yang lain. Jalannya katanya paling parah karena berkelok-kelok. Udah dah, pas tau info itu aku langsung siap-siap antimo, tolak angin, minyak kayu putih, dan segala jenis obat untuk mencegah mual. Bener aja, pas udah di jalanin jalannya bener-bener berkelok-kelok. Bayangin aja misal lagi ada belokan terus belum badan kamu balik ke posisi semula udah ada belokan lagi. Dan jalan 3,5 – 4 jam itu dengan keadaan ngebut ya mobilnya.

Bisa dibayangkan sejauh apa kan? Hahaha. Untung aku udah minum antimo dan tolak angin. Kata kak Azizah dan kak Satrio (tim advance desa Nao) lebih baik di perjalanan itu tidur. Misal nanti ditengah perjalanan kamu bangun mending paksa tidur lagi biar nggak berasa mualnya. Ya jadinya kemarin aku begitu. Pas aku kebangun di tengah jalan aku paksain lagi tidur. Nah ini ada cerita lucu, Janice, temen aku itu selama diperjalanan bener-bener tidur nggak kebangun samsekk hahaha. Padahal tuh yaa… ada saatnya mobilnya itu ngerem mendadak sampe aku aja yang kebangun mau jatoh tapi Janice ini badan sama kepalanya aja yang kedepan tapi terus balik lagi nempel sama kursi mobil hahaha. Kocak banget dah suer. Kagak berenti ketawa awak tuh kalo inget ini.

Setelah menempuh perjalan 4 jam, akhirnya kami tiba di Desa Nao.  Kami disambut dengan roti kompiang dan kopi khas Manggarai. Roti Kompiang itu dikenal sebagai panganan daerah Manggarai meskipun bukan makanan khas. Rotinya itu nggak ada rasanya jadi enak kalau dimakan sambil minum kopi/teh. Selesai makan dan beramah tamah dengan warga dan aparat setempat, kami ke rumah kami masing-masing.

Penyambutan rombongan di depan Paroki

Aku dan ke 5 kakak cantik (kak Intan, kak Dinda, kak Dara, kak Rara, dan kak Abel) mendapat kesempatan untuk tinggal di rumah mama Moza. Kembali ke laptop, rumah pak Wahyu dan istri ditinggali  bersama dengan 2 anak mereka yang lain yaitu Moza dan Grace. Kami beramah tamah sejenak sebelum akhirnya beristirahat dan menyiapkan diri untuk besok pagi!.

Senin, 23 Juli 2018
Hari baru berarti semangat baru. Nggak sabar banget buat bener-bener ketemu masyarakat dan mengabdi gituu eheheww.
Sebelum bekerja sesuai dengan tugasnya hari itu, setelah sarapan pagi kami briefing di depan paroki (oiya penduduk Desa Nao itu mayoritas Katolik jadi kamipun kerja sosialnya memang di halaman gereja). Tugasku hari pertama adalah melakukan penyuluhan dewasa mengenai kesehatan gigi dan mulut (kesgimul) dan PHBS serta sebagai sterilitator untuk pengobatan.

Penyuluhan dewasa dilakukan di balai desa. Sepanjang perjalanan dari paroki ke kantor desa kami disuguhkan dengan pemandangan gunung yang bagus banget. Terus aku mikir kok ini gunungnya mirip kayak gunung di Sumba ya. Ternyata bener, abis itu bapak Kepala Puskesmasnya bilang kalau daerah ini memang dekat dengan Sumba jadi pemandangan gunung yang aku liat setiap pagi itu gunung Sumba yang bagus banget itu loh!. Soalnya juga pas kak Abel liat gmap ternyata lokasinya itu di Waingapu, Sumba bukan di Langke Majok bahkan.

Perjalanan ke kantor desa

Sebelum penyuluhan dewasa dimulai, aku bersama kak Ninda dan kak Gladays mengobrol dengan bapak kepala puskesmas dan tenaga kesehatan Desa Nao. Sambil mempersiapkan alat-alat untuk penyuluhan, aku mengobrol sekilas mengenai keadaan tenaga kesehatan di Desa Nao dengan bapak kepala desa dan bapak kepala puskesmas. Saat itu, ada momen singkat yang membuat aku terharu dan juga bingung.

Disela-sela obrolan, bapak kepala desa mengatakan,“ Ibu…nanti kalau sudah lulus ambil PTT disini ya. Ambil Desa Nao ya. Senang nanti kami kalau ibu disini. PTT disini ya ibu” bapak kepala puskesmas ikut menimpali “Kami disini sulit ibu ada dokter. Setelah lulus, benar bu, disini saja ibu PTTnya”. Jujur aja aku seneng banget tapi juga bingung mau jawab apa. Soalnya bapak-bapak baik ini- oiya serius mereka sangat koorperatif dan baik sekali- bicara sambil natap mata akunya kayak bener-bener berharap gitu dan tulus. Yaudah karena bingung aku cuma jawab, “wah pak saya baru masuk haha. Doakan saja yang terbaik ya pak”.

Penyuluhan dewasa seru lah. Masyarakat disana juga aktif banget dan nanyanya sesuatu yang nggak biasa aku temui tapi bener-bener masalah yang mereka hadapi.. Oiya kami ber-3 juga didampingi Prof Arma. Disini aku juga menyadari bahwa ketika kita melakukan penyuluhan atau perubahan kepada suatu masyrakat maka terlebih dahulu kita harus memahami adat dan kebiasaan mereka. Jadinya jika ada kebiasaan mereka yang kurang baik bisa kita beri tau alternatif yang lain dan juga kalo kebiasannya udah baik ya tinggal dilajutkan serta diberi tau manfaatnya. Akan lebih efektif memang jika kita memberikan rencana perwatan yang memang sesuai dengan sumber daya yang ada di daerah tersebut.

Setelah pemberian bingkisan akhirnya tibalah sesi foto bersama! Lucunya itu aku kan tadinya foto mau deket sama Prof Arma gitu kan, maskudnya biar deketan gitu rombongan penyuluhnya. Eh gataunya tiba-tiba ada ibu yang manggil, “sini kakak fotonya disini saja. Tidak usa jauh- jauh. Sini di depan biar akrab”. Hahaha yaudah akhirnya aku foto di depan sama ibu-ibu ehehe.

Hari pertama sebagai penyuluh di kantor kepala Desa Nao

Penyuluhan dewasa selesai dilakukan kemudian langsung menjadi sterilitator di bagian pengobatan.
Pukul 15.00 WITA akhirnya selesai kerja kami pada hari itu. Setelah beberes sekitar 1 jam dilanjutkan dengan evaluasi kinerja pada hari itu, kami bubar ke rumah masing-masing untuk istihat dan sholat.

Janice hari pertama selesai kerja

Nah, jadi memang di Kersos itu sehabis kita kerja, ada sesi wisata budaya alias jalan-jalan hehe. Untuk hari pertama sendiri, kami jalan-jalan di sekitar Desa Nao ajasi. Ternyata tapi di dekat kantor Kepala Desa itu pemandangannya bagus pake banget deeeh! Nggak nyesel kalau kalian foto disana. Selesai jalan-jalan di sekitar desa, kami pulang ke rumah masing-masing untuk sholat magrib.
Setelah itu, kami kembali ke paroki untuk makan malam dan sesi sharing dengan pemuda Desa Nao. Disini pertama kalinya, ketika jalan dari paroki ke rumah mama Moza, kami ngeliat ke langit terus bintangnya itu banyak banget dan bagusss banget deh. Karena pengaruh polusi yang nggak banyak kali ya jadinya langitnya itu jernih banget. Sayangnya nggak bisa ke-foto kalau pake kamera ponsel.

Selasa, 24 Juli 2018
Hari selanjutnya aku punya tugas untuk sesi pagi aku dan kak Gladays sterilisasi alat-alat lalu sesi siang aku jadi farmasis. Nah disini aku belajar lagi. Sebelumnya itu, di Jakarta, orang-orang yang kebagian tugas menjadi farmasis dibriefing dulu tentang jobdescnya dan cara membaca resep. Ini nih pertama kalinya praktek langsung setelah sebelumnya belajar farmakologi penulisan resep. Hehe seneng.

Terus juga aku diingetin sama kak Rara dan kak Abel ketika berbicara dengan orang tua suaranya itu harus besar, pengucapan kata pelan-pelan, gunakan bahasa sesederhana yang mudah dimengerti mungkin sekaligus pakai isyarat tangan, dan pastikan kalau pendengar menangkap pesan kita dengan baik. Terutama untuk antibiotik yang harus dihabiskan, penting banget pastiin mereka paham itu. Ini juga praktik dari belajar komunikasi kesehatan waktu itu hehehe. Kok lebay banget sih ya bawa-bawa pelajaran, ya gimana abis saat itu baru banget selesai matkulnya jadi kayak ngeh banget jadinya hehe. Setelah kerja, kembali lagi ada evaluasi dan istirahat sore sejenak.

Nah hari kedua ini yang paling seru adalah jalan-jalannya haha. Hari kedua, setelah kerja kami wisata budaya ke kampung Todo. Tadinya mau ke desa Wae Rebo tapi karena kalau kesana harus menginap jadinya nggak jadi deh. Kampung Todo juga mirip sama desa Wae Rebo. Banget malah. Nggak kalah deh pokoknya untuk jadi alternatif wisata.

Aku sekilas akan cerita tentang Kampung Todo. Pertama, kalau kalian pingin ke Kampung Todo, aku saranin nggak terlalu sore karena cuacanya akan cenderung berkabut. Untuk ke Kampung Todo sendiri, dapat ditempuh dengan mobil ELF sekitar 4 jam perjalanan. Rumah adat di Kampung Todo biasa disebut Niang Todo dengan ciri khas adanya gendang tabuh yang berasal dari wanita yang dahulunya diperebutkan oleh beberapa laki-laki dan akhirnya wanita tersebut dibunuh lalu kulit perutnya dibuat sebagai bahan gendang tabuh.

Aku juga nyaranin kalau kalian ingin beli kain Manggarai, kalian bisa coba ke kampung ini. Karena selain motif kainnya bagus-bagus dan bisa ditawar hehe. Oiya, ternyata memang dalam budaya Manggarai itu setiap orang punya kain masing-masing. Pantesan aja kalau kemana-mana aku liat semua orang pakai kain yang biasa dijadikan untuk penghalau dingin itu.
                               Mama Moza-squad                               Anak Kampung Todo



Sama dokter Natalina dan dokter Lisa kembaran aku(silahkan kalo mau muntah guys)

Rabu, 24 Juli 2018
Akhirnya tiba di hari terakhir kami kerja. Hari terkahir ini aku kebagian kerja di registrasi dari pagi sampai siang. Disini juga seru banget karena hari itu guru-guru SD, SMP, SMA serta muridnya berboyong-boyong dateng untuk berobat. Jadinya rame bener lah hahaha. Disini juga ada cerita unik. Jadi waktu hari masih pagi banget (sekitar jam 7 pagi padahal open regisnya jam 8) udah ada beberapa orang yang datang untuk ambil nomer kan. Nah terus ada sepasang suami istri paruh baya dateng. Si bapak ini langsung minta nomer 2, untuk dia dan istrinya. Tapi istrinya kekeuh nggak mau, sebenernya aku nggak ngerti sih ngomong apa tapi intinya si ibu ini nolak.

Nah terus abis itu karena ada cekcok kecil gitu aku samperin. Nanya lah kenapa gitu. Terus si ibu bilang,”nggak. Saya nggak mau. Saya takut nanti disuntik, dicabut giginya. Nggak saya nggak mau”, terus suaminya nimpalin “e tak papa itu biar sakit kau diobati dengan dokternya. Tidak sakit nanti dikasih obat dulu”. Kalau diliat si memang si ibu pipi kirinya bengkak gitu jadi ya memang harus konsul ke dokter kan. Terus aku yaudah bujuk si ibunya bilang gini, “tidak apa-apa mama tidak sakit. Nanti bapak dokter beri mama obat dulu. Nanti kalau tidak diobati jadi lebih sakit. Tidak apa-apa mama”, ya pokoknya ditenangin terus gitu lah karena kasian juga itu pipinya udah bengkak.

Abis itu… tiba-tiba tangan ibu itu pegang pipi aku terus diusap-usap gitu. Aku kaget kan, sebenernya karena nggak ngerti gitu tapi ya  karena fokusnya nenangin si ibu biar mau berobat ya jadinya tetep bilang “tidak apa-apa mama”. Terus abis itu ibunya tanya lagi,”tidak sakit e?” aku jawab,”tidak mama nanti pak dokter berikan mama obat supaya tidak sakit lagi”. Terus setelah itu si ibu langsung bilang mau. Seneng banget sih hehe tapi bingung juga. Akutu jadi kayak ngerasa anget gitu hatinya kayak gimana ya… nggak bisa dideskripsiin sih tapi ya seneng banget bangga deh pokoknya. Made my day dehhh kalo inget itu huhu. Semoga sembuh ya mama.

Dan juga yang paling seru dari hari itu adalah bisa bantu kerja pasieennnn!!!!!. Gilak ini seneng banget sih hahaha. Kemarin tuh aku bantu PFS-in anak SD, ngebantu kak Intan(makasyiii kaak).
PFS singakatan dari pit and fissure sealant. Perawatan ini biasa ditujukan untuk anak-anak dengan tujuan untuk mencegah ceruk yang sempit dan dalam pada gigi geraham anak yang pada akhirnya menjadi penyebab gigi berlubang karena makanan nyangkut kesitu. Karena geraham itu sayang banget kalau tanggal makanya harus dijaga bener yaaa temans!

PFS
Hari terakhir kami kerja juga kami mulai membereskan barang-barang selama kami bekerja. Baiknya tuh orang-orang desanya terus-terusan nanyain mereka bisa bantu apa. Terus anak-anak juga pada langsung bantu angkut meja untuk dibalikin ke sekolah mereka. Disini juga aku dapet pelajaran lagi. Jadi kalau nanti ke daerah lain, jangan lupa bawa makanan kecil untuk penduduk disana misal bengbeng atau apa gitu. Mereka akan suka karena bagi mereka itu nggak biasa. Nantinya kita jadi bisa lebih akrab sama mereka hehe.
 
Anak-anak Desa Nao

Foto terkahir setelah kerja di depan Paroki

Sehabis evaluasi kerja, kami sholat dan istirahat sejenak. Setelah itu, kami pergi ke daerah kota untuk membeli oleh-oleh diikuti dengan makan malam bersama dengan dokter Victor(?) dan pemuda Desa Nao.

Kamis, 26 Juli 2018
Huhu nggak kerasa ini hari terkahir di Desa Nao. Sedih akan ninggalin tempat yang bagus banget dan pengalamannya tapi nggak sabar juga untuk perjalanan lain di NTT hehe. Setelah kami loading koper, kami pamit sama bapak Wahyu dan mama Moza, berfoto, dan bertukar kontak serta ada penutupan dari kepala desa. Setelah itu kami bertolak langsung kembali ke Labuan Bajo.

Di Labuan Bajo, kami nginep di Bajo Nature. Seru sih baru pertama kali nginep di tempat yang kayak dorm gitu. Kami menghabiskan waktu dengan istirahat dan juga keliling-keliling yeshh! Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Goa Cermin. Pokoknya beberapa tempat wisata di sekitar Labuan Bajo. Oiya salah satu yang harus juga dicoba itu ke bukit Sylvia dan bukit-bukit di sekitar situ. Karena pemandangannya bagus dan semakin kita naik semakin bagus pemandangannya. Terus kalau mau ambil foto juga bagus banget pas jam 16.00-16.30 karena lagi golden hour gitu jadi makin ca'em lah.

Jalan menuju Goa Batu Cermin

Nao Luv


Bukit Sylvia dari bawah
Setelah itu, kami, marginal squad alias peserta Kersos mutusin buat jalan-jalan. Pertama kami ke toko eskrim gitu. Btw suasana di sekitar Labuan Bajo ini asik. Banyak hiburannya dan toko-toko lucu gitu. Di toko eskrim juga ada kejadian kocak dimana Janice pas baru nerima eskrim cone-nya dia, krn bengong mungkin, eskrimnya jatoh plek ke lantai. Belum dicobain udah jatoh. Terus dia kaget tambah bingung gitu. Kita mah langsung spontan ngakak semua. Setelah itu kami lanjut menjelajah tempat makan lain sampai teler. Seru dah pokoke.

Jumat, 27 Juli 2018
Yeayyyy petualangan sesungguhnya dimulai!. Jadi kami pergi ke pulau Rinca, pulau Kelor, dan pulau Bidadari. Kami berjalan keliling Pulau hanya di Pulai Rinca sementara dari ketiga pulau, kami snorkeling di pulau Kelor dan Bidadari.

Perjalanan ke Pulau Rinca

Hehei akhirnya ketemu komodo

Pemandangan dari atas Pulau Rinca

Menurut aku biasa aja gitu snorkelingnya. Mungkin karena kurang tepat lokasinya. Tapi tetep seneng karena main air haha. Setelah selesai eksplor pulai kami kembali ke dermaga. Tapi abis itu bingung mau ngapain kan, kebanyakan pada langsung pulau untuk mandi sih tapi Sarmel, Ara, dan Putri akhirnya ngajak untuk berburu sunset di sekitar dermaga abis itu lanjut makan karena kalau balik dulu ke penginapan nggak sempet lagi jalan-jalannya.

Ini nih yang ngakak. Jadi karena nggak mau bajunya basah karena belum mandi akhirnya aku mutusin buat pake sarung+baju pas snorkeling kemana-mana hahaha. Kalo diinget-inget, nggak tau malu juga ya gue. Yaudah deh kami akhirnya jadi foto-foto di dermaga dan sukak lah liat kapal lalu lalang di laut bebas yang pemandangannya bagus.

Abis main, laper dong. Kami mutusin untuk makan di pasar ikan dekat dermaga. Sistemnya itu ditawar terus nanti request mau dimasak kayak apa. Kami ber-4 mutusin untuk beli cumi, udang, dan ikan. Enak banget. Manis rasanya hehe. Ini nih ada kejadian bikin malu. Jadi pas lagi makan gitu, tibatiba rombongan dosen dateng dan makan di tempat yang sama kayak kami. Terus yaudah tuh nyapa-nyapa.

Selesai makan, mau pamit, terus di-stop sama salah satu dosen aku. Terus akhirnya semua dosen ngeliat ke aku dong. Pas liat aku masih pake baju snorkeling dengan bawahan sarung yang diiket terus pake sepatu juga mereka heran terus nanya, kamu pakai itu kemana-mana?. Aku jawab iya dok hehe abis kalo pake baju nanti bajunya basah, sontak satu meja itu ketawa dan geleng-geleng. Yaudah malu abis, langsung kabur dah. Udah diketawain dosen, makin dicengin sama mereka ber-3.

Setelah puas foto dan juga makan, kami harus segera balik ke hotel untuk latihan penutupan besok. Awalnya bingung mau naik apa kan tuh. Angkot nggak ada, masa iya mau jalan kaki. Akhirnya setelah luntang-lantung nggak jelas ditambah lagi udah malem tiba-tiba ada yang manggil gitu. Ditanya mau kemana, terus bilang mau balik ke hotel pak tapi nggak tau naik apa. Akhirnya bapaknya bilang pake ojek aja itu tapi harus jalan dan bilang kalian pelajar haha. Dalam hati, tau aja kita pengennya yang hemat.

Pas ke pangkalan ojeknya, ojeknya bilang anternya satu motor berdua aja tapi bayarnya dilebihin terus kita cuma bengong terus iya-in. Ternyata beneran, aku sama Sarmel satu motor hahahah. Ini super ngakak karena kami yang masih pake pake baju snorkeling, malem-malem, terus cengtri otw ke hotel. Hari itu ditutup dengan kami latihan bareng untuk penutupan besok. Haaahhh… capek tapi ngakak abis.

Sabtu, 28 Juli 2018
Hari terakhir Kersos, kami mengadakan penutupan secara. Penutupan acara salah satunya diisi dengan penampilan peserta Kersos haha, setelah itu langsung ke bandara Komodo untuk pulang ke rumah yeaaay.
Foto setelah tampil penutupan

Dari sejauh perjalanan Kersos yang aku ikuti sebagai peserta, aku seneng banget sih. Selain tempatnya bagus, terus berasa banget kita udah mulai latihan untuk mengabdi secara langsung hehehe Alhamdulillah. Makasyyyiii banyaaak kakak-kakak panitia yang udah mengizinkan aku untuk berpartisipasi dalam Kersos tahun ini hehe. Semoga kedepannya makin banyak pengabdian masyarakat yang bisa kita kembangkan hehe.

Forever grateful, Alhamdulillah.

Sekian cerita aku kali ini…bye byeeeeeee hehe.  




[BANGKOK JOURNAL PART 1: 46th APDSA ANNUAL CONGRESS 2019]

 46th ASIA PACIFIC DENTAL STUDENT ASSOCIATION ANNUAL CONGRESS 2019 THAILAND OKAY HUFT! After dealing with problems, I finally make this...